Inilah Nasib Jenazah Astronaut yang Gugur Saat Bertugas Dibuang di Luar Angkasa?

Astronot | unsplash.com

Kira-kira dibawa pulang ke Bumi atau ditinggal?

Selama ini mungkin tidak pernah terlintas dipikiran kita tentang bagaimana jika seorang astronaut meninggal dunia, apakah jenazahnya akan tetap dibiarkan di luar angkasa atau bisa dibawa pulang ke bumi.

Rupanya, pemikiran itu juga telah menjadi sebuah teka-teki yang NASA juga berusaha upayakan jawabannya selama bertahun-tahun. Dimana NASA dan lembaga antariksa negara lain di dunia disamping mereka harus lekas mengeluarkan jenazah dari dalam pesawat secepat mungkin dengan tetap menghormati jenazah tersebut.

Mereka juga tersandung dengan undang-undang PBB terkait pelarangan membuang mayat di luar angkasa, sehingga kemungkinan memilih opsi tersebut sangatlah menjadi haram hukumnya.

Maka dari itu, akhirnya NASA membentuk sejumlah kelompok penelitian sebagai upaya untuk menemukan berbagai ide yang nantinya bisa mereka terapkan.

Astronot | unsplash.com

Salah satu upaya yang dilakukan NASA ialah dengan bekerjasama dengan perusahaan jasa pemakaman ekologi Promessa. Dari kerjasama itu seorang peneliti akhirnya mencetuskan sebuah gagasan ide yang diberi nama Body Back.

Secara teknis hal pertama yang harus dilakukan ialah menyingkirkan mayat sang astronaut dari pandangan terlebih dahulu. Dimana hal itu demi mencegah pencemaran udara di dalam pesawat luar angkasa yang mereka tumpangi dikarenakan pembusukan.

Kemudian mayat dimasukkan ke dalam sebuah kantong bernama Gore-Tex, yaitu kantong jenazah khusus digunakan di luar angkasa. Pastikan kantong tersebut sudah dalam keadaan tersegel. Tahapan-tahapan ini pun dinilai menjadi cara dan suatu etika penghormatan terhadap anggota kru yang meninggal ketika bertugas di luar angkasa.

Artikel Lainnya

Tahapan berikutnya ialah mengirimkan Body Back ke planet Mars, sebab sangat tidak mungkin untuk mengirimkan jenazah tersebut ke bumi. Hal ini lantaran tekanan oksigen, dan lingkungan sebelumnya tidak sama dengan Bumi membuat jenazah tidak dapat dikremasi.

Disinilah letak pemakaman dengan cara Promession dilakukan. Yakni dengan menggunakan teknik penguburan ekologis, dimana jenazah akan dibekukan dan digetarkan hingga hancur menjadi debu. Para peneliti mengklaim jika cara ini berpotensi mengembalikan mayat kembali ke ekosistem semula dengan bentuk layaknya pupuk.

Dilansir dari jalan tikus (05/05/2021), Susanne Wiigh Masak selaku pendiri Promessa sendirilah yang menemukan solusi tersebut. Ia kemudian menawarkan idenya kepada sejumlah lembaga sejak 2015 silam. Akan tetapi, idenya justru dibantah para kritikus yang menyangsikan penggunaan caranya.

Astronot | unsplash.com

NASA pun diketahui masih penasaran dengan ide Promessa dan memikirkan bagaimana agar solusi itu dapat mereka terapkan di luar angkasa.

Ketika tahapan terakhir berupa kantong jenazah yang telah dibekukan dalam suhu ruang tertentu, kemudian digetarkan melalui bantuan robot hingga berubah menjadi bubuk. Bubuk-bubuk halus itulah yang nantinya dapat dikembalikan pada pihak keluarga bersamaan dengan kepulangan para awak kapal luar angkasa yang lainnya.

Selain itu, ternyata sebuah opsi lainnya ditawarkan oleh Promessa dengan menyebutkan jika bubuk jenazahnya dapat juga digunakan sebagai pupuk. Namun, tentu saja hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk membuktikan bahwa praktik penguburan seperti demikian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.

Hingga kini belum ada kabar lebih lanjut dari NASA terkait ide penguburan yang ditawarkan oleh Promessa. Perusahaan tersebut juga diketahui tengah mengalami likuidasi. Padahal menurut kabar, rencana tersebut akan digunakan NASA dalam keadaan darurat ketika ekspedisi tim astronaut mereka menuju Mars.

Tags :