The Sisters of the Valley, Sekte 'Suster' yang Berbisnis Ganja

The Sisters of the Valley
The Sisters of the Valley | allthatsinteresting.com

Para 'suster' ini bisnis ganja medis dengan penghasilan puluhan juta per hari!

Pakaian dengan warna hitam dan putih, serta kerudung adalah ciri khas dari biarawati Katolik. Namun, ada sekelompok perempuan yang mengenakan pakaian serupa namun mereka bukan biarawati Katolik.

Mereka adalah The Sisters of the Valley, yakni persaudaraan yang meyakini kekuatan medis dari ganja. Berikut adalah cerita singkat dari kelompok The Sisters of the Valley.

1.

Siapa The Sisters of the Valley?

The Sisters of the Valley
The Sisters of the Valley | www.wired.com

The Sisters of the Valley bisa ditemukan di utara California, Amerika Serikat. Organisasi ini menanam ganja di lahan yang dipenuhi sinar matahari. Selain tanaman ganja, di lahan itu pun terdapat tanaman anggur dan apel.

Sebagaimana dilansir oleh ABC News, para anggota The Sisters of the Valley memanfaatkan kandungan cannabidiol atau CBS yang ada di dalam ganja untuk kepentingan medis.

Baca Juga: Menlu Rusia: Al Baghdadi Adalah Buatan Amerika

“Mereka menganggapnya rami karena tidak akan membuat penggunanya teler, tetapi ini adalah ganja,” ujar Christine Meeusen atau yang lebih akrab dipanggil dengan Suster Kate.

Kate menjelaskan, The Sisters of the Valley yakin bahwa khasiat dari ganja ini bisa digunakan untuk pengobatan. Selain itu, The Sisters of the Valley juga mengaku bisa mengembangkan cairan dari ganja yang tidak akan membuat orang teler.

2.

Penghasilan The Sisters of the Valley

The Sisters of the Valley
The Sisters of the Valley | edition.cnn.com

Menurut The Sisters of the Valley, ganja bisa dijadikan obat untuk berbagai macam penyakit. Mulai dari penyakit asma, radang sendi, bahkan gangguan kecemasan. Produk dari The Sisters of the Valley yang paling banyak dicari bisa menghasilkan uang hingga 3 ribu USD atau sekitar Rp 42 juta per hari.

Baca Juga: Aksi Para Turis Asing di Bali Ini Dianggap Mengganggu dan Melecehkan. Bikin Gmz!

Pelanggan tetap dari The Sisters of the Valley banyak berasal dari Kanada, Australia, dan AS. Pada tahun lalu pun, The Sisters of the Valley berhasil meraup keuntungan hingga 750 ribu USD atau Rp 105 miliar.

Banyak yang mengira bahwa semua anggota The Sisters of the Valley adalah perempuan. Padahal, Suster Kate mengatakan bahwa The Sisters of the Valley tidak eksklusif dan mereka membutuhkan laki-laki.

“Kami hanya ingin perempuan yang mengelola bisnis ini,” kata Suster Kate.

Baca Juga: Tak Ingin Pakai Manusia Lagi, Jokowi Akan Ganti Separuh PNS menjadi Robot!

3.

Bisnis yang kontroversi

The Sisters of the Valley
The Sisters of the Valley | www.news.com.au

Adapun Suster Kate adalah pemimpin dari The Sisters of the Valley. Ia adalah mantan konsultan pemasaran dan memiliki dua anak. Suster Kate memutuskan untuk menata kembali hidupnya pasca pernikahannya kandas.

Suster Kate mengungkapkan, bisnis ganja ini mulai berkembang sejak pergerakan Occupy Wall Street yang terjadi di tahun 2011 silam. Sejak saat itu, beberapa orang mulai memiliki keinginan untuk tinggal di sebuah lingkungan dan menjalankan “sosialisme sehat”.

Suster Kate mengakui bahwa bisnis yang dilakukan The Sisters of the Valley ini kontroversial. Mereka pun tak jarang mendapatkan telepon ancaman. Meski demikian, The Sisters of the Valley tetap mendapatkan dukungan.

“Pihak Katolik mulai mengerti apa yang kami lakukan,” tegas Suster Kate.

Artikel Lainnya

Menurut Suster Kate, pihak Katolik mulai mengerti sejak melihat The Sisters of the Valley mampu menangani pasien dengan penyakit kanker. Tidak hanya berurusan dengan pihak keagamaan, The Sisters of the Valley juga harus berurusan dengan hukum, mengingat ganja di California masih dilarang di level pusat.

Tags :