Dewi Sanca Suka Bugil Didiemin, Tara Basro Malah Dibilang Porno. Gimana Sih Logika Kemenkominfo?
06 Maret 2020 by Pristiqa WirastamiKok yang ditegur artis terkenal sih. Biar naikin exposure ya?
Orang-orang saat ini sedang asyik membicarakan tentang Tara Basro. Ia baru saja mengambil keputusan yang berani untuk ukuran orang yang tinggal di Indonesia. Tara Basro beberapa hari lalu mengunggah foto bugilnya di Twitter.
Tak hanya di Twitter, Tara Basro juga mengunggah foto dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam di Instagram. Tak seperti selebriti lain yang kalau mengunggah foto bugil pasti cuma mau pamer body karena merasa badan dia yang paling bagus.
Tapi berbeda dengan Tara. Ia menuliskan pesan menyentuh, lewat foto "bugil" yang ia bagikan.
Lewat foto naked-nya, Tara mengajak kita semua untuk mencintai diri sendiri
Lewat foto telanjangnya, Tara ingin memperlihatkan bahwa artis juga manusia biasa. Artis juga bisa memiliki tubuh yang penuh gelambir dan selulit. Untuk itulah ia mengajak kita semua untuk mencintai dan menerima diri kita apa adanya.
Tak peduli seperti apa bentuk tubuhmu, kamu tetap orang yang layak dicintai. Bukankah sebelum mencintai orang lain, kamu harus mencintai dirimu sendiri dulu?
Baca Juga: Pengakuan Gebby Vesta Salat Secara Laki-laki dan Minta Implan Payudara Dicopot saat Meninggal
Menurut saya, itulah yang kira-kira Tara Basro ingin sampaikan lewat foto-fotonya. Saya hanya mencoba untuk lebih mendramatisir pesan yang ingin disampaikan Tara lewat foto-fotonya.
Ya karena kalau kita saja tidak mencintai diri sendiri, bagaimana orang lain bisa mencintai diri kita? Dan mencintai diri sendiri bisa dimulai dari mau menerima diri kita apa adanya. Mau gendut, kurus, hitam, putih, rambut lurus atau keriting, kamu tetap jadi seseorang yang layak.
Di foto naked yang Tara unggah di Twitter, ia menuliskan sebuah kalimat singkat namun mengena.
"Worthy of love,"tulis Tara.
"Dari dulu yang selalu gue denger dari orang adalah hal jelek tentang tubuh mereka, akhirnya gue pun terbiasa ngelakuin hal yang sama.. mengkritik dan menjelek2an. Andaikan kita lebih terbiasa untuk melihat hal yang baik dan positif, bersyukur dengan apa yang kita miliki dan make the best out of it daripada fokus dengan apa yang tidak kita miliki. Setelah perjalanan yang panjang gue bisa bilang kalau gue cinta sama tubuh gue dan gue bangga akan itu. Let yourself bloom ?✨," dan ini pesan Tara di Instagram.
Pesan yang disampaikan Tara menyadarkan banyak orang: bahwa kita semua LAYAK!
Beberapa saat setelah Tara mengunggah foto telanjang dan menuliskan pesan tentang self love, banyak netizen yang mengungkapkan dukungannya untuk Tara. Banyak pula yang akhirnya tersadar bahwa selama ini mereka terlalu kejam pada diri sendiri, karena terlalu lama tak menerima bentuk tubuh mereka sendiri dan merasa malu.
Namun setelah Tara mengunggah foto-foto telanjang, kesadaran untuk mencintai diri sendiri agaknya sedikit demi sedikit mulai muncul. Banyak yang akhirnya sadar, bahwa apapun bentuk tubuh mereka, mereka tetap layak dicintai. Termasuk saya.
Saya bisa dibilang menyimpan rasa ketidakpercayaan diri sejak kecil. Saya menganggap bahwa saya tak memiliki standard kecantikan yang selama ini seakan dipatenkan di Indonesia, yakni tinggi, putih, langsing. Apalagi setelah melahirkan anak pertama saya, kepercayaan diri sempat anjlok. Kalau kamu bukan Nia Ramadhani atau Shandy Aulia, jangan harap setelah melahirkan bisa langsung langsing dan mulus lagi.
Kalau dalam kasus saya, bagaimana saya bisa langsing lagi kalau memang tidak pernah langsing bahkan sebelum hamil? Setelah melahirkan, saya makin melihat banyak gelambir dan selulit di perut saya. Untuk melihat diri sendiri di depan kaca saja, saya sempat tak punya keberanian.
Baca Juga: 6 Artis Ini Sempat Ingin Bunuh Diri Saat Berada di Masa Sulit, Namun Berhasil Bangkit
Namun unggahan Tara menyadarkan saya. Oh ternyata, badan artis sekelas Tara Basro tak berbeda jauh kok dengan badan saya. Ada gelambirnya, ada selulitnya, dan kulit yang tak putih-putih amat. Lewat unggahan Tara pula, saya disadarkan untuk lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki termasuk bentuk tubuh.
Perubahan tubuh yang saya alami setelah melahirkan, toh tergantikan dengan anugerah seorang anak pintar dan lucu.
Intinya, pesan yang Tara Basro sampaikan berdampak bagi banyak orang. Dia membuktikan bahwa artis juga manusia biasa.
Namun pesan bijak itu tak tersampaikan dengan baik ke pejabat Kemenkominfo
Pesan-pesan baik yang disampaikan Tara Basro soal body positivity ternyata tak sampai ke logika para pejabat di Kemenkominfo. Dikutip dari Vice, Humas Kominfo Ferdinandus Setu menyatakan foto Tara Basro bisa dijerat karena mengandung unsur pornografi.
"Melanggar UU ITE Pasal 27 ayat 1 terkait pornografi. Iya, kita akan take down dan akan hubungi orangnya nanti. Tapi, kita lihat dulu foto tersebut apakah memenuhi kriteria pornografi atau tidak," ujar Setu seperti dikutip Vice dari Tagar.
Sepertinya ada yang ra mashoook dengan logika Kemenkominfo. Tanpa melihat konteksnya, langsung mengklaim foto yang diunggah Tara mengandung unsur pornografi. Alasannya hanya karena Tara berfoto dengan kondisi telanjang. Ya mungkin ada pihak yang tak sepakat dengan cara yang digunakan Tara, tapi memahami konteks tentunya harus dilakukan. Selama konteksnya tepat, tak semua hal bisa dicap pornografi.
Baca Juga: Foto Telanjang Tara Basro Dihapus Karena Dianggap Langgar UU ITE, Netizen: Dewi Sanca Lebih Parah!
Bukan subjeknya yang harus dibenahi, tapi pola pikir cabul orang Indonesia yang seharusnya jadi bahan introspeksi.
Southeast Asia Freedom of Expression Network atau yang disingkat Safenet mengeluarkan rilis soal dukungan mereka kepada Tara Basro. Menurut Safenet, unggahan Tara Basro murni untuk menyebarkan soal body positivity. Yakni sebuah gerakan untuk mencintai diri sendiri di tengah gempuran standard kecantikan yang kadang terlalu utopis. Itulah mengapa label pornografi pada unggahan Tara yang diberikan oleh Kemenkominfo, menurut Safenet adalah sebuah tindakan abai dan buta konteks atas hal yang ingin disampaikan Tara.
"Sebuah konten tidak hadir dalam ruang hampa. Produksi dan pemahamannya dipengaruhi dan dibatasi oleh konteks," bunyi kalimat yang dikutip dari rilis Safenet.
Bagi saya, Kemenkominfo seperti punya standart ganda. Kalau foto Tara Basro dipermasalahkan, mengapa kelakukan Dewi Sanca didiamkan?
Anggap saja mengunggah sebuah foto bugil di internet adalah sebuah kesalahan besar, Kemenkominfo seharusnya juga mengambil tindakan yang sama ketika di waktu yang berdekatan beredar foto pedangdut Dewi Sanca sedang telanjang bulat di dalam bath tub dengan seorang laki-laki.
Lewat foto tersebut, Dewi Sanca bahkan sama sekali tidak sedang menyebarkan kampanye soal self love atau body positivity. Hal yang ia cari cuma sensasi biar namanya naik lagi. Walaupun caranya sia-sia. Berkali-kali Dewi Sanca mengunggah foto bugil, namanya tak pernah jadi headline.
Kalau Kemenkominfo mau adil, seharusnya apa yang dilakukan Dewi Sanca atau selebriti-selebriti lain yang mengunggah foto tubuh telanjang mereka hanya untuk sensasi dapat tindakan juga. Seperti yang dilakukan Kemenkominfo terhadap Tara Basro.
Apakah ini gara-gara mempermasalahkan Tara Basro di media lebih menjual daripada mengurusi foto bugil Dewi Sanca yang exposure-nya tak seberapa?
Meski saya cukup bertentangan dengan orang-orang yang mengunggah foto bugilnya ke internet, namun saya paham betul konteks yang ingin disampaikan oleh Tara Basro. Jadi saya bisa menahan diri untuk tak menjudge Tara Basro sedang menyebarkan konten pornografi. Ingat, kemampuan memahami konteks secara utuh sangat diperlukan.
Sebaliknya, hal seperti itu tak bisa saya temukan ketika melihat tingkah Dewi Sanca yang doyannya foto bugil lalu diunggah ke Instagram. Ya konteks dia cuma mau cari sensasi. Nggak ada tujuan lain, titik.
Kemenkominfo kalau mau adil, semua yang telanjang-telanjang tolong diberantas dong. Jangan cuma artis yang punya nama besar aja~