Atta Halilintar Sutradarai Film Sendiri Ashiap Man, The Next Joko Anwar Nih?
18 Maret 2020 by Disfira IkaBeneran bisa atau aji mumpung semata?
Maret 2020 sepertinya menjadi bulan yang spesial bagi sulung dari Gen Halilintar, Atta. Bukan soal konten baru yang diunggah di channel YouTube-nya. Bukan juga tentang kisah cintanya yang banyak membuat penggemarnya penasaran. Ini soal Atta Halilintar dan Ashiap Man.
Bagi kamu yang mendeklarasikan diri sebagai penggemar setianya, tentu sudah tahu tentang film Ashiap Man ini. Atta mendapuk posisi sebagai sutradara sekaligus pemeran utamanya. Benar, kamu tidak salah baca. Akhirnya Atta jadi male lead setelah di tiga film sebelumnya batang hidungnya muncul sebagai peran pendukung.
Giat mem-branding dirinya sebagai content creator dan entrepreneur membuat dia cukup nekat mencoba banyak hal baru. Terjun di layar lebar memang bukan jadi hal baru baginya. Tapi, apakah menjadi sutradara adalah bidang yang memang benar-benar dikuasainya? Apakah debutnya di layar lebar ini menjadikannya sebagai the next Joko Anwar?
YouTubers terkenal = punya skill mumpuni sebagai sutradara film?
Pria muda kelahiran 20 November 1994 silam ini memang piawai mengolah konten yang viral. Sudah ada 700-an video yang dibuat dan diunggah ke channel YouTube pribadinya. Tidak sedikit dari konten kontroversialnya yang pernah jadi perbincangan panas netizen tanah air.
Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa ada 21 juta akun yang menjadi subscribers setianya hingga saat ini. Apakah mereka se-tidak sabar itu ingin segera menonton aksinya tepat setelah bel notifikasi berbunyi?
Dielu-elukan oleh fans, Atta juga sepertinya sudah biasa mendengar dan membaca kecaman dari orang lain. Seperti tahu kapan dirinya harus jadi trending topic, ia memberi bocoran bahwa dirinya siap debut menjadi seorang sutradara.
Baca Juga: Atta Halilintar Galang Dana untuk Wabah Corona, Netizen Malah Julid: Paling Dibikin Konten!
Popularitas memang menjadi salah satu sumber pundi-pundi cuan. Dengan jumlah subscribers yang tak sedikit, Atta bisa memonetisasi banyak keuntungan dari sana. Sering jadi trending di YouTube Indonesia membuatnya diasosiasikan sebagai YouTubers terkenal saat ini. Tapi, apakah dengan menjadi YouTubers populer bisa menjamin seseorang mumpuni untuk menjadi seorang sutradara?
YouTubers dan sutradara adalah dua variabel berbeda namun secara tidak langsung memiliki benang merah. Akting, kamera, dan kru. Mungkin beberapa hal tersebut harus dimiliki dalam proses pembuatan video YouTube dan film. Untuk urusan ilmu dan prosesnya, menurutku dua bidang itu membutuhkan spesialisasi yang berbeda. Bahkan bisa jadi sangat jauh berbeda.
“Spesialisasi” jadi sutradara itu butuh proses yang panjang
Untuk bisa menjadi expert di sebuah bidang, tentu seseorang harus menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari teori. Setelah paham teknisnya secara garis besar, perlu praktik untuk mengaplikasikannya ilmu yang didapat dari textbook.
Tentu akan ada konflik karena perbedaan dari teori dan praktiknya. Secara tidak langsung, kamu akan belajar untuk problem solving dan tetap melanjutkan proses yang ada. Setelah fasih, baru kamu akan diuji untuk mendapatkan sertifikasi sebagai bukti bahwa kamu memang mampu.
Analogi sederhananya, kamu dianggap mumpuni dan siap melanjutkan pendidikan di bangku SMP jika sudah secara resmi mendapatkan ijazah SD. Bukti lulus ini yang membuat kamu melanjutkan proses selanjutnya hingga kamu ahli di suatu bidang secara profesional.
Baca Juga: 9 Duo dan Trio Abang-Adik Ganteng yang Sama-sama Tekuni Profesi Artis, Kompak Banget!
Hal ini juga berlaku untuk sutradara. Mencerna ilmu kesutradaraan baik secara formal maupun informal juga butuh waktu dan proses. Kamu harus menguasai semua bidang yang terkait dalam proses pembuatan sebuah pertunjukan. Jangan muluk-muluk lompat ke film. Coba intip bagaimana ribetnya penampilan teater yang “hanya” dipertontonkan di depan audiens di auditorium secara real time, bukan di depan kamera.
Merasakan bagaimana susahnya menjadi scriptwriter yang menyusun kata per kata dialog pemainnya juga harus khatam dipahami prosesnya oleh sutradara. Apakah kalimat yang dilontarkan oleh si A akan sesuai dengan karakter dan pembawaannya? Apakah kata-kata ini cukup kuat untuk menunjukkan bahwa ada konflik yang terjadi di scene tersebut?
Tak berhenti di situ saja. Seorang sutradara juga harus paham bagaimana caranya berkoordinasi dengan produser yang membawahi kru untuk segala kebutuhan produksi. Mulai dari kostum, properti, perizinan, hingga konsumsi yang harus disiapkan mulai dari proses latihan hingga pentas.
Dari penampilan teater saja sudah terbayang bagaimana ribetnya. Apalagi dengan proses pembuatan film, seorang sutradara memiliki jobdesc dan beban yang lebih besar dan berat. Tanggung jawab yang dipikul tidak berhenti dari tanggal perilisan layar lebarnya. Kritikan pedas dari banyak pihak, bahkan sampai kerugian pun juga harus diterima dengan hati besar.
Mari kita bandingkan dari proses pembuatan vlog secara singkat. Lighting, kamera, dan script memang harus disiapkan dengan matang agar hasil video yang direkam bisa bagus dan sesuai dengan harapan. Sekaligus dengan proses editing, dari rekaman yang diambil selama 3 jam akhirnya jadi video layak tayang dengan durasi 30 menit. Dalam kurun waktu 6 jam meliputi segala persiapan hingga penyuntingan, bisa saja langsung jadi.
Baca Juga: Shock Belum Pernah Lihat Uang Kertas Seribuan, Reaksi Tasya Farasya Jadi Trending
Proses ini tidak bisa diterapkan untuk film. Dalam durasi 6 jam, bisa saja hanya beberapa scene yang jadi. Pemain yang mengulang take hingga ratusan kali bukan jadi hal yang mustahil jika memang aktingnya tidak sesuai dengan karakter dan ekspektasi. Masih ada banyak proses yang dilewati supaya film dengan durasi kurang lebih 2 jam bisa menunjukkan hasil akhir yang memuaskan banyak pihak.
Dari paparan proses di atas, Bung Atta, apakah kamu memang benar-benar sudah menguasai skill di kancah perfilman? Pembuatan vlog untuk konten YouTube yang bisa dihapus kapan saja dengan film yang tak lekang oleh waktu dan tak bisa dihapus jejaknya ini jelas berbeda, lho. Hehehe.
Ada campur tangan di banyak posisi sebelum jadi sutradara
Tidak ada sutradara yang tiba-tiba menduduki posisi ini tanpa terlibat di proyek lain sebelumnya. Sebagai sineas tanah air yang berprestasi, Joko Anwar pun melalui banyak batu loncatan hingga kariernya sudah mantap berpijak di bidang film.
Memiliki ketertarikan berproses dalam pertunjukan drama sejak di bangku sekolah, ternyata tak membuat jalannya untuk menjadi sutradara mulus tanpa halangan. Menjadi mahasiswa dan mempelajari aerospace engineering, Joko berani untuk banting stir menjadi wartawan di sebuah media. Dari situ, dia pelan-pelan menjadi kritikus film hingga akhirnya terjun langsung di perfilman.
Saat menjadi sineas pun, Joko Anwar tak serta merta langsung mendeklarasikan diri dan dipilih untuk menjadi sutradara. Biola Tak Berdawai (2003) adalah proyek komersil pertama yang mendapuknya sebagai asisten sutradara. Di tahun yang sama, Joko sudah berani untuk menjadi sutradara sekaligus penulis naskah untuk film pendek pertamanya yang berjudul Joni Be Brave.
Pria kelahiran 3 Januari 1976 ini juga sudah khatam merasakan proses yang kompleks ketika menjadi penulis naskah film. Sebut saja Arisan! (2003) di mana dirinya ditawari langsung oleh Nia Dinata sebagi sutradara sekaligus produsernya saat itu. Dari situlah totalitas dan profesionalitasnya diakui oleh sineas lainnya.
Baca Juga: Atta Halilintar Jadi Sutradara Sekaligus Pemeran Utama di Film Ashiap Man, Netizen Ramai Menghujat
Setelah debut dan membuktikan bahwa dirinya memang mampu, Janji Joni yang menjadikan Joko Anwar sebagai Sutradara utama sekaligus penulis naskah membuatnya berhasil memanen prestasi. Dia mampu mengunci posisi di Nominasi Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2005 silam.
Di proyek garapannya selanjutnya, Joko Anwar tidak hanya sekali merangkap posisi sebagai sutradara, produser eksekutif, sekaligus penulis. Mengemban tugas yang berat memang. Tapi itulah usaha dan perjuangan yang harus ditunaikan jika memang ingin totalitas dan ingin diakui sebagai sutradara profesional.
Masih butuh penuturan lengkap tentang proses dan prestasi yang sudah selesai dilakukan oleh Joko Anwar? Semoga daftar singkat dari Wikipedia bisa mencerahkan dan membuatmu melongo melihat jajaran prestasinya.
Apakah Atta Halilintar sudah memenuhi kualifikasi?
Jika memang Atta Halilintar ingin menjadi the next Joko Anwar, apakah dia sudah memenuhi kualifikasi batu loncatan, proses, dan tetek bengeknya? Apakah skill yang dimiliki dari proses menjadi YouTubers bisa sejalan dengan ketika dirinya menjadi sutradara di Ashiap Man?
Jika merujuk dari segi pengalaman, Atta memang sudah sangat familiar dengan kamera. Dia fotogenik dan tidak kaku ketika berbicara di depan kamera seolah berkomunikasi dua arah dengan penontonnya. Dia mungkin bisa membuat script yang jadi secara spontan dan penuh improvisasi. Tidak bisa ditampik juga bahwa dia meng-handle krunya untuk proses produksi yang singkat. Bahkan kemampuan akting Atta juga patut untuk diberi acungan jempol.
Ada tapinya. Vlog dan film adalah dua media yang berbeda. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk merampungkan sebuah film yang bisa saja selesai dengan proses syuting selama berbulan-bulan. Apakah Atta sudah benar-benar mampu memberikan arahan kepada setiap pemerannya untuk memainkan adegan berdasarkan naskah dari penulisnya dan memenuhi ekspektasinya? Apakah ilmu dan proses yang sudah dilaluinya sudah cukup signifikan untuk memenuhi kualifikasi sebagai sutradara sekelas Joko Anwar?
Sebagai penikmat dan penonton, kita bisa tahu hasil akhirnya setelah Ashiap Man dirilis dan ditayangkan di teater bioskop tanah air. Jika mengukur kesuksesan filmnya dari jumlah penonton, bisa diprediksi film yang disutradainya ini akan mampu melampaui jumlah dan rekor yang ada. Jangan salah, penggemar setia dari Gen Halilintar ini tidak main-main dari segi jumlah. Ini bukan jadi hal yang sulit untuk didapatkan.
Untuk kualitas, serahkan kepada alur cerita dan seluruh aspek yang ditampilkan selama layar lebar itu diputar. Kesampingkan penilaian subyektif dan berikan komentar dan kritikan yang memang membangun dan bisa dijadikan sebagai evaluasi bagi Atta ke depannya—jika memang dia serius untuk menjadi sutradara, bukan aji mumpung dan memanfaatkan momen belaka.
Mari doakan supaya proses syuting dari Ashiap Man bisa berjalan dengan lancar. Tak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Siapa tahu debutnya Atta Halilintar sebagai sutradara di proyek ini akan menjadi batu loncatan yang penting di karier dan jajaran filmografinya.
Bisa jadi Ashiap Man bisa masuk di salah satu nominasi di Oscar tahun depan, ‘kan? Bahkan mungkin bisa membawa pulang salah satu pialanya. Pada akhirnya, prestasinya ini akan membuat nama Indonesia jadi semakin diperhitungkan di perfilman internasional. Mendoakan yang terbaik adalah hal positif yang bisa dilakukan selain julid dan komentar jahat ya, netizen.
Selama ada kemauan, pasti ada jalan. Doa terbaik selalu menyertaimu, Atta. Semoga bisa jadi sutradara beneran ya, jangan asal-asalan karena aji mumpung dan coba-coba saja. Hehehe.